Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rahasia Kelezatan Lontong Opor Pak Pangat yang Terkenal di Cepu-Blora


Hallo Sahabat Nexa, apakah kamu pernah mendengar tentang Lontong Opor Pak Pangat dari Cepu, Jawa Tengah? 

Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa kuliner daerah juga bisa menghasilkan omzet yang besar. Contohnya adalah Lontong Opor Pak Pangat dari Cepu, Jawa Tengah yang telah berdiri selama 26 tahun. Racikan makanan yang dibuat oleh Ibu Pangat telah memikat hati banyak orang, bahkan pejabat dari ibukota pun tak ingin ketinggalan untuk mencoba masakan khas Cepu ini ketika berkunjung ke daerah tersebut. Itulah kehebatan kuliner daerah yang tak boleh dianggap remeh.

Tepat 26 tahun yang lalu, di tahun 1997-an, ia memulai bisnis kuliner opor yang sekarang telah menjadi legendaris dan sukses besar. Hingga saat ini, pelanggan harus memesan satu hari sebelumnya agar dapat menikmati lezatnya lontong opor yang dijual.

Bagi Anda yang ingin memulai bisnis kuliner, opor Kapuan dapat menjadi sumber inspirasi yang menarik untuk diikuti.

Sahabat Nexa, Yuk Simak 6 fakta bisnis kuliner opor kapuan di bawah ini!

1. Menggunakan bumbu yang berbeda dari opor kebanyakan

Salah satu keunikan dari opor kapuan yang dijajakan di warung Pak Pangat adalah penggunaan bumbu yang berbeda dari opor kebanyakan. Selain cabai merah, kunyit, dan serai yang telah menjadi bahan utama dalam pembuatan opor, Sutinah, istri Pak Pangat, juga menambahkan bumbu-bumbu lain yang berbeda dari opor biasanya. Sutinah tidak menggunakan banyak lada dan kunyit, seperti halnya pada opor di Jakarta atau opor kebanyakan, namun ia lebih memilih untuk menambahkan cabai merah dan serai dalam masakannya. Dengan bumbu-bumbu yang berbeda ini, cita rasa opor kapuan di warung Pak Pangat menjadi sangat khas dan unik. Selain itu, kentalnya kuah santan yang disajikan juga menjadi salah satu ciri khas dari opor kapuan di warung Pak Pangat.

2. Mempertahankan Tradisi Dapur Jadul dengan Kayu Jati

Warung opor kapuan yang terkenal dengan lontong opor Pak Pangat ini masih mempertahankan tradisi dapur jadul dengan menggunakan kayu jati sebagai bahan bakar utama. Menurut Bu Sutinah, pemilik warung, kayu jati memberikan rasa yang berbeda dan lebih otentik dibandingkan dengan menggunakan gas. Setiap harinya, warung ini membutuhkan sekitar 70 ekor ayam kampung yang diolah dengan menggunakan tungku khusus dan kayu jati. Bahkan ayam yang digunakan juga berasal dari Jawa Timur. Kegiatan ini menjadi rutinitas keseharian yang terus dilakukan untuk menjaga kualitas dan keaslian rasa dari hidangan opor ayam yang telah menjadi favorit para penggemar kuliner.

3. Dulu sempat buka warteg di Jakarta

Sebelum sukses dengan lontong opor legendarisnya, istri Pak Pangat yang bernama Sutinah pernah membuka sebuah warung makan Warteg di Jakarta. Ia bertahan selama 5 tahun menjalankan usahanya tersebut di ibu kota sebelum akhirnya memutuskan untuk menghentikan karena krisis moneter. Setelah itu, ia kembali ke daerah asalnya dan membuka warung lontong opor pada tahun 1997. Warung tersebut menjadi sangat populer dan terkenal hingga saat ini (2023), bukan hanya di kalangan masyarakat biasa, tetapi juga di kalangan tokoh-tokoh besar, pejabat, dan menteri.

4. Tidak berniat buka cabang 

Usai berdiri selama 23 tahun, Sutinah, istri dari Pak Pangat, tetap tidak memiliki rencana untuk membuka cabang di luar daerah. Keputusannya ini dilandaskan pada keinginan untuk mempertahankan pelanggan setia dan karakteristik khas yang timbul dari kebiasaan memesan satu hari sebelum kedatangan. Selain itu, kapasitas produksi yang masih terbatas juga menjadi alasan untuk tidak membuka cabang. Hal ini menjadi strategi pemasaran tersendiri dan menambah keunikannya. Oleh karena itu, bagi para penggemar opor ayam legendaris ini, kunjungan ke daerah Ngloram, Desa Kapuan di Cepu, Jawa Tengah, tetaplah menjadi satu-satunya cara untuk menikmati kelezatannya.

5. Omzet hingga150 juta setiap bulan

Setelah menjadi salah satu kuliner legendaris asal Cepu, usaha kuliner ini kini berhasil meraih omzet sebesar Rp 150 juta setiap bulannya. Dengan penghasilan harian yang mencapai Rp 5 juta, pemilik bisnis kuliner berusia 53 tahun ini berhasil mempertahankan usahanya dengan baik. Mayoritas pelanggan berasal dari kalangan karyawan di bidang perminyakan, namun tak sedikit pula pelanggan yang datang sengaja saat berkunjung ke daerah Blora.

6. Dalam Sehari Mengolah 70 ekor ayam kampung dan 500 biji lontong

Untuk memenuhi pesanan para penggemarnya setiap harinya, warung opor ayam Pak Pangat di kecamatan Cepu ini membutuhkan setidaknya 70 ekor ayam kampung. Dalam sehari, warung ini mampu mengolah 70 ekor ayam kampung dan 400 buah lontong. Semua pesanan harus dipesan terlebih dahulu oleh pelanggan, jika tidak, mereka tidak akan dapat menikmati opor ayam karena sudah pasti akan kehabisan.

Tidak lebih dan tidak kurang, itulah alasan mengapa warung tersebut tidak melayani pemesanan di tempat atau permintaan tambahan. Jika pembeli merasa porsi makanannya tidak cukup, mereka harus memesannya sejak awal. Bahkan, jika perlu, mereka bisa meminta ayam potong khusus yang lebih besar. Namun, pembeli tidak diizinkan menambah porsi makanan di luar dari pesanan mereka. 

Setelah membaca kisah inspiratif ini, apakah Anda masih meragukan kehebatan bisnis kuliner daerah? 

Lontong Opor Kapuan ( Pak Pangat )
Alamat :
Jl. Lap. Terbang, RT.05/RW.01, Ngloram, Kec. Cepu, 
Kabupaten Blora, Jawa Tengah 58315
Telp. 0815-7568-4348 
0813-9151-8212

Post a Comment for "Rahasia Kelezatan Lontong Opor Pak Pangat yang Terkenal di Cepu-Blora"